1.
Ada beberap rambu-rambu dalam
pengembangan bahan ajar, di antaranya :
ß Kecermatan
ß Ketepatan Cakupan
ß Kemudahan
ß Penggunaan bahasa
ß pelengkap komponen
JAWABAN
A.
Kecermatan Isi
Mengandung dua hal
yaitu Pertama, validitas isi atau kebenaran secara keilmuan. Kedua, keselarasan
isi atau kebenaran isi yang disusun berdasrkan sistem nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat atau bangsa. Kedua hal itu akan menjadi system yang Akurat dan
sahih sehingga tidak ada konsep yang salah/keliru.
Validitas
isi menunjukkan tentang isi bahan ajar yang tidak dikembangkan secara
asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang
berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidang
ilmu dan hasil penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut.
Maka dengan demikian isi bahan ajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Untuk dapat
menjaga validitas isi, dalam pengembangan bahan ajar, pembimbing harus selalu
menggunakan buku acuan atau bahan pustaka yang berisi hasil-hasil penelitian
empiris, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu, serta
perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu. Teori dan konsep yang berlaku dalam
suatu bidang ilmu dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun buku teks bidang ilmu.
Sementara hasil penelitian empiris dan perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu
dapat diperoleh dari berbagai jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal
elektronik.
Dalam rangka
mengkaitkan bahan ajar dengan lingkungan sekitarnya serta wawasan budaya, pembimbing
dapat mengkaji dulu kemungkinan dan ketersediaan bahan di lingkungan sekitar
dan budaya lokal yang dapat digunakan untuk menjadi bahan ajar bagi suatu topik
tertentu dari bidang suatu ilmu. Dengan demikian dapat diperoleh bahan ajar
yang sahih isinya , akrab lingkungan dan berwawasan budaya dan tidak terdapat
adanya kesalahan konsep”.
Keselerasan isi
berarti kesesuaian isi bahan ajar dengan sistem nilai dan falsafah hidup
yang berlaku dalam negara atau masyarakat. Dalam sitem nilai masyarakat inilah
yang perlu diakomodasikan dalam bahan ajar. Bahkan bahan ajar menjadi sarana
untuk penyampaian sistem nilai tersebut dan pembelajaran merupakan upaya
pelestarian sistem nilai tersebut. Dan jika suatu saat ada bahan ajar yang
mengabaikan sistem nilai tersebut maka bahan ajar tersebut yang tidak tepat.
B.
Ketepatan Cakupan
Mengandung
keluasan dan kedalaman materi atau kemutakhiran materi yang artinya sebagai
substansi bahan ajar sesuai dengan perkembangan terkini, serta keutuhan konsep
yang dibahas berdasarkan bidang ilmunya.
Keluasan dan
kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan keutuhan konsep berdasarkan
bidang ilmu ini di tentukan oleh suatu tujuan. Pada tujuan tersebut dapat
menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang akan disajikan kepada pembimbing.
Kemudian kembangkanlah bahan ajar, materi pokok dan komponennya berdasarkan
pada materi yang telah ditentukan. Tentunya, tujuan pembelajaran atau topik
tertentu di sekolah Lanjutan Tingkat Pertama akan berbeda dengan tujuan
pembelajaran atau topik yang sama di Sekolah Menengah Umum. Dalam hal ini,
keluasan maupun kedalamannya akan berbeda, sehingga bahan ajarnya pun memiliki
keluasan dan kedalaman yang berbeda.
C.
Kemudahan
Berkaitan dengan konsep bahan ajar yang
bisa dipahami dan dimengerti oleh siswa sebagai pengguna sehingga sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai.
Bahan ajar,
menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi.
Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh peserta
dengan mudah. Ada enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar,
sebagai berikut.
1.
Pemaparan yang Logis
Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang
umum ke yang khusus atau sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah
ke yang sukar, atau dari yang inti ke yang pendukung. Maka peserta dapat dengan
mudah mengikuti pemaparan, dan dapat segera mengkaitkan pemaparan tersebut
dengan informasi yang sebelumnya.
2.
Penyajian Materi yang
Runtut
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak
meloncat-loncat. berkaitan antar materi/topik dijelaskan dengan cermat,
kemudian setiap topik disajikan secara sistematis dengan strategi penyajian
uraian. Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak
membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai sehingga
tidak membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar mempermudah
peserta dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk terbiasa berpikir
runtut.
3.
Contoh dan Ilustrasi
yang Memudahkan Pemahaman
Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok
bahasan diperlukan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah pemahaman
peserta. Dalam penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan
ilustrasi memiliki peran yang sangat penting.
Contoh dan ilustrasi dapat dikembangkan dalam beragam bentuk,
tercetak-narasi sebagai bagian dari penyajian isi bahan ajar dalam materi pokok
yang berbentuk cetak, poster, kartu-kartu (flipchart), atau dalam
bentuk noncetak, seperti video, audio, simulasi berbantuan atau juga dalam
bentuk realita, model, atau bahan sesungguhnya untuk didemonstrasikan kepada
peserta.
Prinsip utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi adalah
ketepatan contoh dan ilustrasi untuk memperjelas teori atau konsep yang
dijelaskan (bukan malah membuat peserta semakin bingung), serta menarik dan
bermanfaat bagi peserta.
4.
Alat Bantu yang Memudahkan
Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah
peserta dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Dalam bahan ajar cetak, alat bantu
dapat berupa rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta
tanda-tanda khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan pertanyaan. Dalam
bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa rangkuman, petunjuk belajar
bagi peserta, serta tanda-tanda khusus yang dapat diberlakukan serta dapat
membantu peserta belajar, misalnya nada suara yang berbeda dalam kaset audio,
atau caption dalam program video.
Dan yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat bantu
bahan ajar adalah prinsip konsistensi, artinya alat Bantu yang simbol atau
bentuknya sama harus digunakan dengan arti yang sama di semua isi bahan ajar
untuk mata pelajaran tertentu. Jadi, alat bantu yang simbolnya atau bentuknya
sama hendaknya tidak digunakan untuk arti yang berbeda-beda.
5.
Format yang Tertib
dan Konsisten
Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar
mudah dikenali, diingat, dan dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru
menggunakan kertas merah untuk lembar kerja peserta, maka seterusnya gunakanlah
warna kertas merah untuk LKS. Dengan demikian, setiap kali peserta melihat
warna kertas merah, maka peserta akan menandai sebagai LKS.
Dalam bahan ajar cetak, konsistensi istilah sangat diperlukan
sehingga peserta tidak menggunakan berbagai istilah secara rancau. Dalam bahan
ajar audio, intonasi suara dapat digunakan sebagai tanda atau format untuk
berhenti, mengulang, atau meneruskan pembelajaran. Dalam hal ini, pembimbing
diharapkan kreatif untuk menciptakan tanda-tanda dan formal khusus yang
digunakan secara konsisten untuk mempermudah peserta belajar.
6.
Penjelasan Tentang
Relevansi dan Manfaat Bahan Ajar
Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan
kegunaan bahan ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan
utama yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu
peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja mandiri), atau juga
sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini perlu dijelaskan
kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan ajar
dengan jelas.
Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan
antara topik yang dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik dalam mata
pelajaran lainnya. Dengan demikian, peserta dapat melihat keterkaitan topik
bahan ajar dengan topik lain, dan tidak terkesan bahwa masing-masing topik adalah
berdiri sendiri-sendiri.
D.
Penggunaan Bahasa
Mengandung tehnik
pemilihan ragam bahasa yang efektif, komunikatif, dan dialogis agar pesan dapat
dicerna dengan baik. serta penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf
yang bermakna.
Dalam
mengembangkan bahan ajar, Penggunaan bahasa yang meliputi pemilihan ragam
bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraph yang
bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan
ajar Anda sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan
menarik, namun jika bahasa yang Anda gunakan tidak dimengerti oleh peserta,
maka bahan ajar Anda tidak akan bermakna apa-apa. Bukan hanya dalam
pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar kerja peserta,
tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar noncetak, seperti kaset audio, video,
bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain.
Ragam Bahasa
mengacu pada ragam bahasa baku atau formal dan ragam bahasa nonformal atau
komunikatif. Ragam bahasa baku banyak digunakan dalam laporan penelitian, karya
ilmiah, surat-surat resmi, buku teks, siaran pers, dan lain-lain. Namun tulisan
yang menggunakan ragam bahasa baku terkesan sangat kaku, formal dan cenderung
membosankan. Oleh karena itu, ragam bahasa baku jarang digunakan dalam
pengembangan bahan ajar.
Bahan ajar yang
baik diharapkan dapat memotivasi peserta untuk membaca, mengerjakan tugas-tugasnya,
serta menimbulkan rasa ingin tahu peserta untuk melakukan eksplorasi lebih
lanjut tentang topik yang dipelajarinya. Dengan demikian, ragam bahasa yang
digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam bahasa nonformal atau bahasa
komunikatif yang lugas dan luwes.
Ragam bahasa
komunikatif yang sebaiknya digunakan dalam penulisan atau pengembangan bahan
ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang
efektif. Walaupun ragam bahasa komunikatif yang digunakan, hendaknya kaidah
bahasa yang baik dan benar tidak ditinggalkan atau dilanggar.
Kata yang dipilih
hendaknya jenis kata yang singkat dan lugas, bukan kata atau istilah yang asing
atau tidak banyak dikenal peserta. Jika diperlukan pengenalan istilah teknis
yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu, maka istilah tersebut perlu diberi
batasan yang jelas. Penggunaan kalimat efektif menekankan perlunya penyampaian
informasi dilakukan melalui kalimat positif dan aktif, dan sedapat mungkin
menghindarkan penggunaan kalimat negatif dan pasif. Kalimat positif dan aktif
dipercaya dapat menimbulkan motivasi peserta untuk melakukan tugas-tugas yang
ditetapkan dalam bahan ajar, dan lebih mudah dimengerti oleh peserta. Sementara
itu penggunaan kalimat negatif dan pasif, kadangkala dapat membingungkan
peserta.
Selanjutnya,
penyusunan paragraph mempersyaratkan adanya gagasan utama untuk setiap
paragraf, serta keterpaduan, keruntutan dan koherensi antar kalimat dalam
sebuah paragraf. Gagasan utama, yang berbentuk kalimat topik, dapat ditempatkan
di bagian awal maupun akhir paragraf. Panjang pendek sebuah paragraf tergantung
pada kemampuan penulis dan kebutuhannya. Keruntutan dan kekompakan hubungan
antar kalimat dalam sebuah paragraf (koherensi) sangat penting untuk membuat
suatu paragraf menjadi bermakna. Pada gilirannya, kalimat yang runtut dan
kompak akan memudahkan peserta memahami ide/konsep yang disajikan dalam
paragraf tersebut.
E.
Kelengkapan Komponen
Bertujuan pada
paket bahan ajar yang dapat berfungsi sebagai komponen utama, komponen
pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar. Idealnya, bahan ajar merupakan
paket multikomponen dalam bentuk multimedia. Paket tersebut mempunyai
sistematika penyampaian dan urutan materi yang baik, meliputi penyampaian
tujuan belajar, memberi bimbingan tentang strategi belajar, menyediakan latihan
yang cukup banyak, memberi saran-saran untuk belajar kepada peserta, serta
memberikan soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta sebagai cara untuk
mengukur kemampuan diri sendiri dan umpan baliknya.
Paket bahan ajar
memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama, komponen pelengkap, dan
komponen evaluasi hasil belajar. Komponen utama berisi informasi atau topik
utama yang ingin disampaikan kepada peserta, atau harus dikuasai peserta.
Bahan ajar utama
akan menjadi lebih mudah dipahami oleh peserta jika dilengkapi dengan komponen
pelengkap. Komponen pelengkap ini dapat berupa informasi/topik tambahan yang
terintegrasi dengan bahan ajar utama, atau informasi/topik pengayaan wawasan
peserta.
Komponen pelengkap
biasanya terdiri dari bahan pendukung cetak (materi pengayaan, bacaan, jadwal,
silabus, peta materi, kliping kasus), bahan pendukung noncetak (perluasan
wawasan materi dalam media noncetak, peta materi dalam bentuk program komputer,
video, kaset, web suplemen, simulasi komputer, kit), panduan peserta (peta
materi, petunjuk belajar, latihan dan tugas, tips, kata-kata sukar, pemilahan
materi), panduan guru (peta materi, petunjuk bagi guru, konsep inti topik atau
pokok bahasan, latihan dan tugas, rangkuman materi) dan lain-lain yang
diperlukan peserta untuk mempelajari suatu topik yang disajikan. Sedangkan komponen
evaluasi hasil belajar terdiri dari perangkat soal/butir tes. Komponen evaluasi
hasil belajar ini nantinya akan terpisahkan dari komponen utama dan komponen
pelengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pastikan Komentarmu .......
Membantu untuk merubah dunia !?!?!?!?!?