PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menjadi seorang guru bukanlah tugas
yang mudah. Ini dikarenakan guru mengemban peran yang sangat penting dalam
keberhasilan proses pendidikan. Guru merupakan figur
sentral, di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran
guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat
membaca situasi kelas dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.
Untuk meningkatkan peranan
guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru
diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu
mengelola kelas. Karena kelas merupakan lingkungan belajar serta merupakan
suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisir. Lingkungan ini
perlu diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada
tujuan-tujuan pendidikan. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang
dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam
mencapai hasil belajar yang diharapkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana fungsi dan peranan guru secara umum?
2.
Bagaimana fungsi instruksional guru di dalam kelas?
3.
Bagaimana fungsi educational guru di dalam kelas?
4.
Bagaimana fungsi managerial guru di dalam kelas?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui fungsi dan peranan guru secara umum.
2.
Mengetahui fungsi instruksional guru di dalam kelas.
3.
Mengetahui fungsi educational guru di dalam kelas.
4.
Mengetahui fungsi managerial guru di dalam kelas.
PEMBAHASAN
A.
Fungsi dan Peranan Guru secara Umum
Seorang guru
mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya.
Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara
kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Keempat kemampuan
tersebut merupakan kemampuan integratif antara yang satu dengan yang lain tidak
dapat dipisahkan. Seseorang yang dapat mendidik tetapi tidak memiliki kemampuan
membimbing, mengajar dan melatih, ia tidaklah dapat disebut sebagai guru yang
paripurna. Selanjutnya seseorang yang memiliki kemampuan mengajar tetapi tidak
memiliki kemampuan mendidik, membimbing dan melatih, juga tidak dapat disebut
sebagai guru sebenarnya. Guru memiliki kemampuan keempat-empatnya secara
paripurna. Keempat kemampuan tersebut secara terminologis akademis dapat
dibedakan antara satu dengan yang lain. Namun, dalam kenyataan praktik di
lapangan, keempatnya seharusnya menjadi satu kesatuan utuh yang tidak dapat
dipisah-pisahkan. Meskipun demikian seorang guru adalah manusia biasa. Ia sama
sekali bukan manusia super yang tanpa cacat. Guru adalah manusia biasa yang
sekaligus memiliki kelebihan dan kekurangan. Itulah sebabnya keempat kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru juga berada dalam gradasi yang beraneka
ragam. Ada guru yang memiliki kelebihan dalam satu kemampuan tetapi kurang
dalam kemampuan lainnya.[1]
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses
belajar-mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa atas
dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan
siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas,
tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi
edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran,
melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih tetap
memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat
digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling
modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap,
sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan
merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat
tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau
teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.
Namun harus diakui bahwa sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang
cepat (di Indonesia 2,0% atau sekitar tiga setengah juta lahir manusia baru
dalam satu tahun) dan kemajuan teknologi di lain pihak, di berbagai negara maju
bahkan juga di Indonesia, usaha ke arah peningkatan pendidikan terutama
menyangkut aspek kuantitas berpaling kepada ilmu dan teknologi. Misalnya
pengajaran melalui radio, pengajaran melalui televisi, sistem belajar jarak
jauh melalui sistem modul, mesin mengajar/ komputer, atau bahkan pembelajaran
yang menggunak system E-learning (electronic learning) yaitu pembelajaran
baik secara formal maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik,
seperti internet, CD-ROM, video tape, DVD,
TV, handphone, PDA, dan lain-lain.
Akan tetapi, e-learning pembelajaran
yang lebih dominan menggunakan internet (berbasis web).[2]
Sungguhpun demikian guru masih tetap diperlukan. Sebagai contoh dalam
pengajaran modul, peranan guru sebagai pembimbing belajar justru sangat
dipentingkan. Dalam pengajaran melalui radio, guru masih diperlukan terutama
dalam menyusun dan mengembangkan disain pengajaran. Demikian halnya dalam
pengajaran melalui televisi.
Dengan demikian dalam sistem pengajaran mana pun, guru selalu menjadi
bagian yang tidak terpisahkan, hanya peran yang dimainkannya akan berbeda
sesuai dengan tuntutan sistem tersebut. Dalam pengajaran atau proses belajar
mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada
gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di
sekolah.
B.
Fungsi Guru dalam Kelas
Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi
kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai
pemimpin pendidikan di antara murid-murid suatu kelas. Secara etimologis atau
dalam arti sempit guru yang berkewajiban mewujudkan program kelas adalah orang
yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas.
Secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang ikut bertanggung jawab membantu anak-anak mencapai kedewasaan
masing-masing. Guru dalam pengertian terakhir bukanlah sekedar orang yang
berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan
tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta
kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota
masyarakat sebagai orang dewasa.[3]
1.
Fungsi Instruksional
Sepanjang
sejarah keguruan, tugas atau fungsi guru yang sudah tradisional adalah mengajar
(to teach), yaitu ; 1) menyampaikan sejumlah keterangan-keterangan dan
fakta-fakta kepada murid, 2) memberikan tugas-tugas kepada mereka, dan 3)
mengoreksi atau memeriksanya. Fungsi intruksional inilah yang masih selalu
diutamakan oleh hampir semua orang yang disebut guru, dan fungsi instruksional
ini masih dominan dalam karier besar guru.
Sebagai
pengajar (instruksional) yang berfungsi merencanakan program pengajaran dan
melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah program itu
dilaksanakan.[4]Guru
diharapkan memiliki pengetahuan yang luas tentang disiplin ilmu yang harus
diampu untuk ditransfer kepada siswa. Dalam hal ini guru harus menguasai materi
yang akan diajarkan, menguasai penggunaan strategi dan metode mengajar yang
akan digunakan untuk menyampaikan bahan ajar, dan menentukan alat evaluasi
pendidikan yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, aspek-aspek
manajemen kelas, dan dasar-dasar kependidikan.[5]
Guru membantu
peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya, membentuk kompetensi, menguasai penggunaan strategi dan metode
yang akan diguanakan dalam proses belajar mengajar dan memahami materi standart yang dipelajari
serta menentukan alat evaluasi belajar yang akan digunakan untuk menilai hasil
belajar siswa.
Kegiatan
belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Sehubungan
dengan itu, sebagai seorang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus
berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih
terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu
dilakukan guru dalam pembelajaran, yaitu:
1.
Membuat ilustrasi
2.
Mendefinisikan
3.
Menganalisis
4.
Mensintesis
5.
Bertanya
6.
Merespon
7.
Mendengarkan
8.
Menciptakan kepercayaan
9.
Memberikan pandangan yang bervariasi
10.
Menyediakan media untuk mengkaji materi standart
11.
Menyesuaikan metode pembelajaran
12.
Memberikan nada perasaan
2.
Fungsi Educational
Perkembangan dan kemajuan penyelenggaraan lembaga pendidikan
formal, sebagian besar tergantung pada pengetahuan dan pengertian para guru
tentang fungsinya sebagai guru dan pendidik. Dalam hal ini dikalangan para guru
masih terdapat pandangan dan tafsiran yang sempit dan terbatas. Mereka
berpendapat bahwa tugasnya hanyalah
menyampaikan sejumlah materi pengetahuan kepada sejumlah murid tertentu di
dalam kelas tertentu pula. Guru-guru tersebut hanya berusaha menguasai materi
bahan pelajaran yang akan disampaikannya dan sedikit pengetahuan tentang cara
menyampaikannya. Guru seperti itu tidak akan lebih sekedar menjadi pelaksana
instruksi atau perintah atasan secara kaku, tanpa berusaha memberikan arti yang
kreatif terhadap perintah tersebut.
Fungsi guru sesungguhnya bukan hanyalah mengajar, akan tetapi juga
harus mendidik (to educate). Fungsi educational ini merupakan fungsi sentral
guru. Dalam fungsi ini setiap guru harus berusaha mendidik murid-muridnya
menjadi manusia dewasa.
Sebagai seorang pendidik (edukator), guru berfungsi mengarahkan
peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring
dengan tujuan Allah menciptakan manusia.[6]Guru
lebih banyak menjadi sosok panutan yang memiliki nilai moral dan agama yang
patut ditiru dan diteladani oleh siswa. Contoh dari keteladanan itu lebih
merupakan aspek-aspek sikap dan perilaku, budi pekerti luhur, akhlaq mulia
seperti jujur, tekun, mau belajar, amanah, sosial dan sopan santun terhadap
sesama. Sikap dan perilaku guru yang sehari-hari dapat diteladani oleh siswa,
baik di dalam maupun di luar kelas merupakan alat pendidikan yang diharapkan
akan membentuk kepribadian siswa kelak di masa dewasa. Dalam konteks inilah
maka sikap dan perilaku guru menjadi semacam bahan ajar secara tidak langsung
yang dikenal dengan hidden curriculum. Sikap dan perilaku guru menjadi bahan
ajar yang secara langsung dan tidak langsung akan ditiru dan diikuti oleh para
siswa.[7]
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi
bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standart kualitas pribadi tertentu, yang menyangkup tanggung jawab, wibawa,
madiri dan disiplin.
Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila guru memenuhi
syarat-syarat kepribadian dan penugasan ilmu. Guru akan mampu mendidik dan
mengajar apabila dia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab
yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistik, jujur dan terbuka
serta peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi pendidikan.
Sehubung dengan peranannya sebagai pendidik, guru harus menguasai
ilmu antara lain mempunyai pengetahuan yang luas, menguasai bahan pelajaran
serta ilmu-ilmu yang bertalian dengan mata pelajaran/bidang study yang
diajarkan, menguasai teori dan praktek mendidik, teori kurikulum metode
pengajaran, teknologi pendidikan teori evaluasi psikologi belajar dan
sebagainya.[8]
3.
Fungsi Managerial
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat menegelola kelas
dengan baik karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru
dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan
baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya kelas yang tidak
dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak
mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan
berakibat mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang terlalu
padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak
tidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal. Hal ini
tidak sejalan dengan tujuaan umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan
menggunakana fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar
mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi maksud dari pengelolaan kelas adalah
agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk
senantiasa belajar di dalamnya.[9]
Kualitas dan kuantitas belajar siswa
di dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan
pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam
kelas.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan
belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya
adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
meyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai manajer guru bertanggung
jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk
belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di
dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar,
tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif
dikalanagn siswa.[10]
Menurut Ivor K.devais, salah satu
kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran
adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Dalam hubungannya dengan
pengelolaan pembelajaran, Alvin C.Eurich menjelaskan prinsip-prinsip belajar
yang harus diperhatikan guru, sebagai berikut:
a.
Segala sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus
mempelajarinya sendiri
b.
Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing
c.
Seorang siswa akan belajar lebih banyakapabila setelah selesai
melaksanakan tahapan kegiatan diberikan reinforcement
d.
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar
secara keseluruhan lebih berarti
e.
Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi
untuk belajar.
Dalam
melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan,
yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar
itu sendiri. Sebagai manajer, guru memiliki empat fungsi umum, yaitu:
a.
Merencanakan tujuan belajar
b.
Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar
c.
Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong dan menstimulasi
siswa
d.
Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana
mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting bagi
seorang manager. Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan
diantaranya meliputu memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan,
menulis silabus kegiatan pembelajaran, menetukan topik-topik yang akan
dipelajari, mengalokasikan waktu. Serta menentukan sumber-sumber yang
diperlukan. Melalui fungsi perencanaan ini, guru berusaha menjembatani jurang
antara di mana murid berada dan ke mana mereka harus pergi. Keputusan semacam
ini menuntut kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif, serta meliputi sejumlah
besar kegiatan yang pada hakikatnya tidak teratur dan tidak berstruktur.
Fungsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif
serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan
program pendidikan yang telah direncanakan. Pengorganisasian,
pengaturan-pengaturan sumber , hanyalah alat atau sarana saja untuk mencapai
apa yang harus diselesaikan. Tujuan akhirnya adalah membuat agar siswa dapat
bekerja dan belajar bersama-sama. Harus diingat, pengorganisasian yang efektif
hanya dapat diciptakan manakala siswa bisa belajar secara individual, karena
pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai adalah siswa secara individual walaupun
pengajaran itu dilaksanakan secara klasikal. Keputusan yang berhubungan dengan
pengorganisasian ini memerlukan pengertian mendalam dan perhatian terhadap
siswa secara individual.
Fungsi memimpin atau mengarahkan adalah fungsi yang bersifat
pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin ini adalah berhubungan
dengan membimbing, mendorong, dan mengawasi murid, sehinggga mereka dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan akhirnya adalah untuk
membangkitkan motivasi dan mendorong murid-murid sehingga mereka menerima dan
melatih tanggung jawab untuk belajar mandiri.
Fungsi mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwa-peristiwa
yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam batas-batas tertentu
fungsi pengawasan melibatkan pengambilan keputusan yang berstruktur, walaupun
proses tersebut mungkin sangat kompleks, khususnya bila mengadakan kegiatan
remidial.[11]
Sebagai manager, pendidik memiliki peran untuk menegakkan ketentuan
dan tata tertib yang telah disepakati bersama di sekolah, memeberikan arahan
atau rambu-rambu ketentuan agar tata tertib disekolah dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah.[12]
KESIMPULAN
Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak
terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih.
Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif antara yang satu
dengan yang lain tidak dapat dipisahkan.
Fungsi instruksional
guru adalah mengajar (to teach), yaitu ; menyampaikan sejumlah
keterangan-keterangan dan fakta-fakta kepada murid, memberikan tugas-tugas
kepada mereka, mengoreksi atau memeriksanya, merencanakan program pengajaran
dan melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah program itu
dilaksanakan.
Sebagai seorang pendidik (edukator), guru berfungsi mengarahkan
peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring
dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Guru lebih banyak menjadi sosok
panutan yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani
oleh siswa. Guru harus memiliki standart kualitas pribadi tertentu, yang
menyangkup tanggung jawab, wibawa, madiri dan disiplin.
Sebagai
manajer, guru memiliki empat fungsi umum, yaitu: merencanakan tujuan belajar, mengorganisasikan
berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar, memimpin, yang
meliputi memotivasi, mendorong dan menstimulasi siswa, dan mengawasi segala
sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka
pencapaian tujuan.
[3] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta:
CV Haji Masagung, 1981), hal 123.
[5] Suparlan, Menjadi
Guru Efektif, hal 28.
[6] Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, hal 63.
[9] Syaiful Bahri
D, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), hal 47.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pastikan Komentarmu .......
Membantu untuk merubah dunia !?!?!?!?!?