PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengelolaan kelas dapat dikatakan sebagai prasyarat
terjadinya kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran, sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan kelas yang berhasil
akan mampu menciptakan kondisi optimal dalam kelas, sehingga memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Pengelolaan kelas merupakan salah satu
keterampilan penting yang harus dikuasai guru. Pengelolaan kelas berbeda
dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas
lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan
rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran,
penyelesaian tugas
oleh peserta didik secara tepat waktu,
penetapan norma kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Pada
dasarnya usaha pengelolaan kelas agar lebih berkembang maka seorang guru harus mampu untuk mendayagunakan secara optimal potensi kelas yang terdiri atas guru, siswa dan proses belajar mengajar dan dinamika kelas.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
pendekatan managerial ?
2.
Apa yang dimaksud dengan
pendekatan psikologikal ?
3.
Apa yang dimaksud dengan
pendekatan sistem ?
C. Tujuan
1.
Memahami pendekatan managerial.
2.
Memahami pendekatan psikologkal
3.
Memahami pendekatan system.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen Kelas
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata
“Management“. Karena terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut kedalam
Bahasa Indonesia, maka istilah Inggris tersebut kemudian di Indonesiakan
menjadi “Manajemen“. Arti dari Manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan,
ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/
sasaran yang diinginkan. Maka, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan/ manajemen
adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat
berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.[1]
Sebelum kita membahas tentang Manajemen Kelas,
alangkah baiknya kita ketahui terlebih dahulu apa pengertian daripada kelas itu
sendiri. Didalam Didaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas,
yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama pula.
Disamping itu, Hadari Nawawi juga memandang kelas
dari dua sudut, yakni :
Kelas dalam arti sempit : ruangan yang dibatasi oleh
empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti Proses Belajar
Mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini, mengandung sifat statis
karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya,
antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
Kelas dalam arti luas : suatu masyarakat kecil yang
merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan
diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa kelas diartikan
sebagai ruangan belajar atau rombongan belajar, yang dibatasi oleh empat
dinding atau tempat peserta didik belajar, dan tingkatan (grade). Ia juga dapat
dipandang sebagai kegiatan belajar yang diberikan oleh guru dalam suatu tempat,
ruangan, tingkat dan waktu tertentu.
Setelah berbicara tentang pengertian dari Manajemen
dan Kelas diatas, maka dibawah ini para ahli pendidikan mendefinisikan
Manajemen Kelas, antara lain :
DR. Hadari Nawawi berpendapat bahwa Manajemen Kelas
diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi
kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan
dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
Dari uraian diatas jelas bahwa program kelas akan berkembang bilamana guru/wali
kelas mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur
yaitu ; guru, murid, dan proses atau dinamika kelas.
Johanna Kasin Lemlech, dalam bukunya Drs. Cecep
Wijaya & Drs. A. Tabrani Rusyan mengatakan bahwa “Classroom management is
the orchestration of classroom life : planning curriculum, organizing
procedures and resources, arranging the environment to maximize efficiency,
monitoring student progress, anticipating potential problems.“ Menurut definisi
ini, yang dimaksud dengan Manajemen Kelas adalah usaha dari pihak guru untuk
menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur
dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimumkan efisiensi,
memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin
timbul.
Dr. Suharsimi Arikunto
berpendapat bahwa “Manajemen Kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung-jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan maksud
agar dicapainya kondisi yang optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan.”[2]
Drs. Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa
“Manajemen Ke-las adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada
seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan
pembelajaran.”[3]
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dan masih
banyak lagi pendapat yang lain, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen
Kelas merupakan upaya mengelola siswa didalam kelas yang dilakukan untuk
menciptakan dan mempertahankan suasana/kondisi kelas yang menunjang program
pengajaran dengan jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk
selalu ikut terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah.
B. Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan Manajemen Kelas pada hakikatnya telah
terkandung dalam tujuan pendidikan, baik secara umum maupun khusus. Secara umum
tujuan Manajemen Kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja,
terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi para siswa.
Adapun tujuan dari Manajemen Kelas adalah sebagai berikut[4] :
Adapun tujuan dari Manajemen Kelas adalah sebagai berikut[4] :
1.
Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan
pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2.
Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati
setiap kemajuan/ perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong
lamban.
3.
Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk
dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Jadi, Manajemen Kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi didalam
kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa
berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian,
dengan Manajemen Kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Sedangkan tujuan
Manajemen Kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu tujuan untuk siswa dan
guru. Tujuan Untuk Siswa[5] :
a.
Mendorong siswa untuk
mengembangkan tanggung-jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan
untuk mengontrol diri sendiri.
b.
Membantu siswa untuk mengetahui
tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran
guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c.
Membangkitkan rasa
tanggung-jawab untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada kegiatan yang
diadakan.
Maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari pada Manajemen Kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat
bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien.
Tujuan Untuk Guru:
a.
Untuk mengembangkan pemahaman
dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang
tepat.
b.
Untuk dapat menyadari akan
kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas
kepada siswa.
c.
Untuk mempelajari bagaimana
merespon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
d.
Untuk memiliki strategi
remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan
masalah tingkah laku siswa yang muncul didalam kelas.
Maka dapat disimpulkan
bahwa agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan berbagai macam
pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada, sehingga tercipta suasana
yang kondusif, efektif dan efisien. Dan dari pengelolan kelas itu terdapat
beberapa pendekatan pengelolaan kelas yang akan dibahas di bawah ini[6].
A). Pendekatan Managerial
Pendekatan ini dilihat dari
sudut pandang manajemen yang berintikan konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam
pendekatan ini, dapat dibedakan menjadi[7]
:
1) Kontrol Otoriter
Pengelolaan kelas diartikan
sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru
disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya.
Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas.
Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2) Kebebasan Liberal
Menurut
konsep ini, siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan kegiatan
apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan cara seperti ini, aktivitas dan kreativitas anak akan berkembang
sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, sering terjadi pemberian kebebasan
yang penuh, ini berakibat terjadinya kekacauan atau kericuhan didalam kelas
karena kebebasan yang didapat oleh siswa disalahgunakan.
3) Kebebasan Terbimbing
Konsep ini merupakan
perpaduan antara kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Disini siswa diberi
kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol. Disatu
pihak siswa diberi kebebasan sebagai hak asasinya, dan dilain pihak siswa harus
dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai akibat penyalahgunaan
kebebasan. Disiplin kelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan kepada
kesadaran dan pengendalian diri-sendiri.
4) Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau
intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak
didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan,
sindiran, dan memaksa.
B). Pendekatan
Psikologikal
Terdapat beberapa pendekatan
yang didasarkan atas studi psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam
membina disiplin kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain
sebagai berikut[8]
:
1) Pendekatan Modifikasi Tingkah
Laku (Behavior-Modification)
Pendekatan ini didasarkan
pada psikologi behavioristik, yang mengemukakan pendapat bahwa :
a) Semua tingkah laku yang baik
atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b) Ada sejumlah kecil proses
psikologi penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses
belajar yang dimaksud, yaitu diantaranya penguatan positif (positive
reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk
melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negative
reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak, dan ancaman. Penguatan
tersebut masih dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Penguatan Primer, yaitu
penguatan yang tanpa dipelajari seperti makan, minum, menghangatkan tubuh, dsb.
2. Penguatan Sekunder, yaitu
penguatan sebagai hasil proses belajar. Penguatan sekunder ini ada yang
dinamakan penguatan sosial ( pujian, sanjungan, perhatian, dsb ), penguatan
simbolik (nilai, angka, atau tanda penghargaan lainnya) dan penguatan dalam
bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan yang disenangi oleh siswa yang tidak
semua siswa dapat mempraktekkannya). Dilihat dari segi waktunya, ada penguatan
yang terus-menerus (continue) setiap kali melakukan aktivitas, ada pula
penguatan yang diberikan secara periodik (dalam waktu-waktu tertentu), misalnya
setiap satu semester sekali, setahun sekali, dsb.
2) Pendekatan Iklim
Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate)
Pendekatan
ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang mempradugakan :
A. Proses
Belajar Mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan sosio-emosional yang baik
dalam arti terdapat hubungan antara pribadi guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa.
B. Guru
merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus dihadapan siswa,
menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa dari sudut
pandang siswa sendiri. Dengan cara demikian, siswa akan dapat dikuasai tanpa
menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut memiliki kemampuan
untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan siswa, sehingga guru dapat
mendeskripsikan apa yang perlu dilakukannya sebagai alternatif penyelesaian.
3) Pendekatan Proses Kelompok
(Group Process)
Pendekatan ini berdasarkan
pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari
pendekatan ini ialah :
a. Pengalaman
belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b. Tugas
pokok guru yang utama dalam Manajemen Kelas ialah membina kelompok yang
produktif dan efektif.
4) Pendekatan Elektif (Electic
Approach)
Ketiga pendekatan tersebut,
mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-masing. Dalam arti, tidak ada salah
satu pendekatan yang cocok untuk semua masalah dan semua kondisi. Setiap
pendekatan mempunyai tujuan dan wawasan tertentu. Dengan demikan, guru dituntut
untuk memahami berbagai pendekatan. Dengan dikuasainya berbagai pendekatan,
maka guru mempunyai banyak peluang untuk menggunakannya bahkan dapat
memadukannya. Pendekatan Elektik disebut juga dengan Pendekatan Pluralistik,
yaitu Manajemen Kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang
memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang
memungkinkan Proses Belajar Mengajar berjalan efektif dan efisien. Dimana guru
dapat memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut, sesuai dengan
kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan Proses Belajar
Mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
C). Pendekatan Sistem
Ada
beberapa para ahli yang berpendapat tentang pengertian sistem, antara lain:
1. Sistem
adalah sekumpulan komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.
2. Menurut
Raymond Mcleob : “Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan
maksud yang sama untuk mencapai suatu
tujuan”.
3. Menurut
Boy Sabarguna : “Sistem adalah satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari
berbagai faktor yang berhubungan serta
satu sama lain saling mempengaruhi, yang semuanya dengan sadar dipersiapkan
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”.
4. Sistem
adalah sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling
bekerja sama atau yang dihubungkan
dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk
melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan.[9]
Dari
beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa sistem adalah suatu
kesatuan dari sekumpulan prosedur
atau
komponen yang saling berhubungan untuk menyelesaikan tujuan.
System pengelolaan kelas adalah siatu
kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan.
Sesuai
dengan rumusan di atas, orang yang terlibat dalam sistem pengajaran adalah
siswa, guru dan tenaga lainnya. Misal tenaga yang membantu dalam laboratorium.
Material yang meliputi buku, papan tulis, kapur, slide, audio dan video tape.
Fasilitas yang berupa ruangan kelas, Audiovisual dan juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyambaian
informasi, penyediaan untuk praktek, belajar, pengetesan dan penentuan tingkat.
Berdasarkan rumusan di atas,
ada tiga ciri khas yang terkandung dalam system pengajaran, sebagai berikut :
1. Rencana, penataan intensional
orang, material dan prosedur yang merupakan unsur system pengajaran sesuai
dengan suatu rencana khusus, sehingga tidak mengambang.
2. Kesaling tergantungan (interdependent),
unsur-unsur suau system merupakan bagian yang koheren dalam keseluruhan,
masing-masing bagian bersifat esensial (mendasar), satu sama lain saling
memberikan sumbangan tertentu.
3. Tujuan, setiap system
pengajaran memiliki tujuan tertentu. Ciri itu mejadi dasar perbedaan antara
system yang dibuat oleh manusia dan system-sistem alami. System yang dibuat
manusia, seperti system transportasi, komunikasi, pemerintahan, semuanya
memilki tujuan, system natural, seperti system ekologi (ilmu tentang hubungan
timbal-balik antara makhluk hidup dan kondisi alam di sekitarnya
(lingkungannya). Kesemuanya itu memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan
antara yang satu dengan yang lain disusun sesuai dengan rencana tertentu.
Tujuan utama system pengelolaan kelas adalah
siswa yang belajar. Tugas seorang perancang system adalah mengorganisasi orang,
material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien. Dan unsur-unsur
minimal yang harus ada dalam system adalah seorang siswa, suatu tujuan dan
suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam konteks ini, guru tidak
termasuk sebagai unsur system karena
fungsinya dapat digantikan kepada media lain sebagai penganti. Seperti, buku,
filem, teks yang telah diprogram. Sebaliknya, administrator akan menjadi salah
satu unsur system karena ada kaitannya sdenan prosedur perencanaan dan
pelaksanaan.[10]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendekatan manejemen
ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan konsepsi tentang
kepemimpinan yang mana pendekatan ini memiliki beberapa macam, yaitu Kontrol
Otoriter, Kebebasan Liberal, Kebebasan Terbimbing
dan Pendekatan Ancaman.
Sementara itu studi
psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas yang
berpengaruh pada jiwa siswanya, ia juga memiliki empat macam pendekatan, yaitu
Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification), Pendekatan Iklim
Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate), Pendekatan Proses Kelompok (Group
Process) dan Pendekatan Elektif (Electic Approach).
Dan yang terakhir
adalah pendekatan system yang berarti suatu kesatuan dari sekumpulan prosedur atau komponen
yang saling berhubungan untuk menyelesaikan tujuan. Dan kalau berbicara dengan System pengelolaan kelas ia menunjukkan suatu
kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan. Ada tiga ciri khas yang
terkandung dalam system pengajaran, Rencana Kesaling tergantungan
(interdependent) dan Tujuan.
B.
Saran
Kami selaku pembuat makalah ini slalu
menyadari akan kekurangan yang kami miliki sebagai manusia dan makhluk ciptaah
Tuhan. Maka dengan itu semua kami akan menerima semua kritikan yang membangun
guna untuk meningkatkan mutu dari makalah kami.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, Pengelolaan
Kelas, (Bandung : PT. Raja Grafindo,
1990)
Hamalik, Oemar, Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010)
Jamrah, Syaiful Bahri dan Aswar Sain,
Starategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002)
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengauhinya, (Jakarta : PT. Rineka cipta, 1991)
Sudjana, Nana, Cara Belajar Sisw Aktif
dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 1996)
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004)
Surachmad, Winarno, Pengantar Interaksi
Belajar Mengajar, (Bandung : Tarsito, 1986)
[1] Jamrah, Syaiful Bahri dan Aswar Sain, Starategi
Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), 90.
[2] Arikunto Suharsimi, Pengelolaan Kelas, (Bandung : PT. Raja Grafindo, 1990) , 45.
[3] Jamarah, Syaiful Bahri dan Aswar Sain, 96.
[4] Sudjana, Nana, Cara Belajar Sisw Aktif dalam Proses
Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 1996), 5.
[5] Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004), 28.
[6] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengauhinya, (Jakarta : PT. Rineka cipta, 1991), 2.
[7] Arikunto Suharsimi, Pengelolaan Kelas, 65.
[8] Surachmad, Winarno, Pengantar Interaksi Belajar
Mengajar, (Bandung : Tarsito, 1986), 39.
[9] Surachmad, Winarno, Pengantar Interaksi Belajar
Mengajar, 43.
[10]
Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta : PT Bumi Aksara,2010), 12.